Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.
A.Tauhid Uluhiyah
1.Pengertian
Uluhiyah adalah ibadah, Yaitu segala ibadah yang mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nazar, kurban, raja' (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali/tobat). Jenis tauhid inilah yg merupakan inti dakwah para rasul mulai rasul yg pertama hingga yg terakhir.
2.Dalil
Semua utusan Allah (rasul) berdakwah kepada tauhid uluhiyah dan mengikhlashkan ibadah semata kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Demikian juga banyak ayat turun menjelaskan individu para rasul yang menyeru kaumnya kepada tauhid uluhiyah, sebagai contoh adalah:
Nabi Nuh yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Allah berfirman di dalam Al Qur’an:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dengan sabda beliau:
“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)
Allah berfirman:
3.Pengertian Dalil
Dari dasar ini jelas nampak dua perkara:
Pada asalnya bani Adam bertauhid dengan benar dan itu berlalu sampai sepuluh abad antara Nabi Nuh dengan Nabi Adam.
Setelah jelas dua hal ini, nampaklah para rasul diutus untuk mengajak manusia untuk bertauhid uluhiyah dengan benar dengan cara beribadah hanya kepada Allah dan tidak kepada selain-Nya. Dari sini, jelaslah kewajiban pertama seorang hamba adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tauhid uluhiyah, ditambah lagi adanya dalil-dalil yang menunjukkan manusia dilahirkan dalam keadaan fithrah.
Setiap orang yang belum mengakui keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala harus didakwahi pertama kali untuk mengakui hal ini yang akan menjadi sarana untuk mengakui peribadatan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak pantas diberikan kepada selain-Nya. Dengan demikian, kewajiban mengakui adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi sarana mengetahui kewajiban yang inti yaitu tauhid uluhiyah, sebab pengakuan Allah saja tidak cukup.
Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
4. Tujuan diciptakan manusia untuk ubudiyah uluhiyah
Tujuan dari penciptaan manusia adalah untuk ibadah.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Dalam ayat yang mulia ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan penciptaan manusia untuk tujuan ibadah, oleh karena itu perintah pertama kepada manusia adalah perintah ibadah dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak manusia untuk mengucapkan syahadatain.
Hadits-hadits tentang hal ini sangat banyak hingga Abul Muzhaffar as-Sam’aani rahimahullah (wafat tahun 489 H) menyatakan,
Di antara hadits-hadits tersebut adalah:
Hingga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada sahabat yang mulia Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu ketika mengutusnya ke Yaman dengan wasiat yang berbunyi:
Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri ketika membai’at para sahabatnya, baik yang lelaki, maupun yang wanita mengawali bai’atnya dengan ucapan:
5. Contoh Penyimpangan dari Uluhiyah
Contoh penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika seseorang mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Ia meminta di tempat itu agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah yang menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beri’tikaf di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang. Inilah yang disebut dengan syirik dan bertanghut karena hanya cukup kepada Allah kita meminta.
6.Kesimpulan
Jadi Tauhid uluhiyah adalah ubudiyah(ibadah) yang mengesakan Allah dan meminta kepada Allah guna untuk mentaqarrub(mendekatkan diri) kepada Allah dengan ibadah-ibadah taqarrub, seperti: doa, nazar, kurban, raja' (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali/tobat).
Sumber:
Wikipedia. .09-08-2011
Apa arti hidup. .09-08-2011
B.Rububiyah
1.Pengertian Tauhid Rububiyah
Yaitu menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4). Ini semua karena petunjuk Allah Ta'ala, kemudian karena dalil-dalil wahyu seperti berikut.
Dalil-Dalil Wahyu
Firman Allah SWT (yang artinya) sebagai berikut.
Jika seseorang meyakini bahwa ada sesuatu yang dapat setara dan setingkat dengan Allah dan memiliki kemampuan ketuhanan, maka ia telah mendhalimi dan musyrik sebab meyekutukan Allah.
Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
BAB II
Macam-Macam Tauhid
Tauhid Uluhiyah & Rububiyah
Tauhid Uluhiyah & Rububiyah
1.Pengertian
Uluhiyah adalah ibadah, Yaitu segala ibadah yang mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nazar, kurban, raja' (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali/tobat). Jenis tauhid inilah yg merupakan inti dakwah para rasul mulai rasul yg pertama hingga yg terakhir.
Semua utusan Allah (rasul) berdakwah kepada tauhid uluhiyah dan mengikhlashkan ibadah semata kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.’” (Qs. an-Nahl/16: 36)
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.’” (Qs. al-Anbiya`/21: 25)
Nabi Nuh yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلاَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata, ‘Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar (kiamat).’” (Qs. al-A’raf/7: 59)
Nabi Hud yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (Qs. al-A’raf/7: 65)
Allah berfirman di dalam Al Qur’an:
“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (QS. Al Fatihah: 5)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dengan sabda beliau:
“Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Allah berfirman:“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)
Allah berfirman:
“Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)
3.Pengertian Dalil
Dari dasar ini jelas nampak dua perkara:
Pada asalnya bani Adam bertauhid dengan benar dan itu berlalu sampai sepuluh abad antara Nabi Nuh dengan Nabi Adam.
kesyirikan yang terjadi pada manusia adalah kesyirikan dalam uluhiyah.
Setelah jelas dua hal ini, nampaklah para rasul diutus untuk mengajak manusia untuk bertauhid uluhiyah dengan benar dengan cara beribadah hanya kepada Allah dan tidak kepada selain-Nya. Dari sini, jelaslah kewajiban pertama seorang hamba adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tauhid uluhiyah, ditambah lagi adanya dalil-dalil yang menunjukkan manusia dilahirkan dalam keadaan fithrah.
Setiap orang yang belum mengakui keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala harus didakwahi pertama kali untuk mengakui hal ini yang akan menjadi sarana untuk mengakui peribadatan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak pantas diberikan kepada selain-Nya. Dengan demikian, kewajiban mengakui adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi sarana mengetahui kewajiban yang inti yaitu tauhid uluhiyah, sebab pengakuan Allah saja tidak cukup.
Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Allah berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. ‘Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah kamu akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Allah berfirman: ‘Sungguh Aku telah menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada di tulang rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku.” ( HR. Muslim dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu )
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Saya tidak butuh kepada sekutu-sekutu, maka barang siapa yang melakukan satu amalan dan dia menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku akan membiarkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu ).
4. Tujuan diciptakan manusia untuk ubudiyah uluhiyah
Tujuan dari penciptaan manusia adalah untuk ibadah.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. adz-Dzariyaat/51: 56)
Dalam ayat yang mulia ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan penciptaan manusia untuk tujuan ibadah, oleh karena itu perintah pertama kepada manusia adalah perintah ibadah dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah/2: 21)
Hadits-hadits tentang hal ini sangat banyak hingga Abul Muzhaffar as-Sam’aani rahimahullah (wafat tahun 489 H) menyatakan,
“Hadits-hadits yang menjelaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak orang-orang kafir kepada Islam dan syahadatain sudah mutawatir.” (Mukhtashar al-Intishaar Liahlil Hadits – ada dalam kumpulan kitab Shaun al-Mantiq, karya Imam as-Suyuthi, hal. 172)
Di antara hadits-hadits tersebut adalah:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ فَمَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ فَقَدْ عَصَمَ مِنِّى مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلاَّ بِحَقِّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga menyatakan ‘Laa Ilaaha Illa Allah’. Maka, siapa yang menyatakan ‘Laa Ilaaha Illa Allah’ maka telah melindungi harta dan jiwanya dariku, kecuali dengan haknya dan hisabnya ada pada Allah.” (Muttafaqun ‘alaihi)
إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi satu kaum dari ahli kitab, maka hendaknya ajakan kamu kepada mereka yang pertama adalah mengajak mereka bertauhid.” (Muttafaqun ‘alaihi dan lafadznya adalah lafadz al-Bukhari)
بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا
“Berbai’atlah kalian untuk tidak berbuat syirik kepada Allah.” (HR al-Bukhori, lihat Fathu al-Baari 1/64)
Contoh penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika seseorang mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Ia meminta di tempat itu agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah yang menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beri’tikaf di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang. Inilah yang disebut dengan syirik dan bertanghut karena hanya cukup kepada Allah kita meminta.
6.Kesimpulan
Jadi Tauhid uluhiyah adalah ubudiyah(ibadah) yang mengesakan Allah dan meminta kepada Allah guna untuk mentaqarrub(mendekatkan diri) kepada Allah dengan ibadah-ibadah taqarrub, seperti: doa, nazar, kurban, raja' (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah (kembali/tobat).
Sumber:
Wikipedia. .09-08-2011
Apa arti hidup. .09-08-2011
1.Pengertian Tauhid Rububiyah
Yaitu menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4). Ini semua karena petunjuk Allah Ta'ala, kemudian karena dalil-dalil wahyu seperti berikut.
Dalil-Dalil Wahyu
Firman Allah SWT (yang artinya) sebagai berikut.
- "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." (Al-Fatihah: 2).
- "Katakanlah: 'Siapakah Tuhan langit dan bumi?' Katakan: 'Allah'." (Ar-Ra'du: 16).
- "Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kalian orang-orang yang meyakini. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Tuhan kalian dan Tuhan bapak-bapak kalian yang terdahulu." (Ad-Dukhan: 7-8).
- "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhan kalian?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi'." (Al-A'raaf: 172)
- "Katakanlah, 'Siapakah Pemilik langit yang tujuh dan pemilik Arasy yang besar?' Mereka akan menjawab, 'Kepunyaan Allah. Katakanlah, 'Maka apakah kalian tidak bertakwa'?" (Al-Mukminun: 86-87).
- Penjelasan para nabi dan para rasul tentang rububiyah Allah Ta'ala.
- Adam a.s. berkata dalam doanya, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al-A'raaf: 23).
- Nabi Nuh a.s. berkata dalam keluhannya kepada Allah Taala, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka." (Nuh: 21).
- Nabi Nuh a.s. berkata dalam doanya kepada Allah Ta'ala, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku. Maka, adakanlah keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang Mukmin besertaku." (As-Syu'ara': 117-118).
- Nabi Ibrahim a.s. berkata dalam doanya untuk Makkah, dirinya dan anak keturunannya, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35).
- Nabi Yusuf a.s.berkata dalam pujiannya kepada Allah Ta'ala, dan doanya kepada-Nya, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan), Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih." (Yusuf: 101).
- Nabi Musa a.s.berkata dalam salah satu permintaanya, "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekuatan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku. Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku." (Thaha: 25-29).
- Nabi Harun a.s. berkata kepada Bani Israel, "Sesungguhnya Tuhan kalian ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." (Thaha: 90).
- Nabi Zakaria a.s. berkata dan permintaan belas-kasihan olehnya kapda Allah Ta'ala, "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban. Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada kepada Engkau, ya Tuhanku." (Maryam: 4).
- Nabi Zakaria a.s. juga berkata dalam doanya yang lain, "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan akuk hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik." (Al-Anbiya: 89).
- Nabi Isa a.s. berkata dalam responnya terhadap Allah Ta'ala, "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadakuk (mengatakan)nya yaitu, 'Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian'." (Al-Maidah: 117).
- Nabi Isa a.s. berkata kepada kaumnya, "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian, sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." (Al-Maidah: 72).
Jika seseorang meyakini bahwa ada sesuatu yang dapat setara dan setingkat dengan Allah dan memiliki kemampuan ketuhanan, maka ia telah mendhalimi dan musyrik sebab meyekutukan Allah.
Sikap Jahiliyah dalam Tauhid Rububiyah
Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?
Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?
Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.