Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.
Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
JEPARA - Ratusan warga di Dukuh Pailus, Desa Karanggondang, Kecamatan Mlonggo, Jepara diduga terkena malaria. Hal itu terjadi dalam rentang waktu Desember 2011 hingga Januari 2012.
Awal mula ada warga yang sakit malaria di RT 8 RW 3. Kemudian menyebar ke RT 7 RW 3 selanjutnya melebar di Dukuh Pailus.
Kepala Desa Karanggondang Markadi mengemukakan, ada sekitar 150 warga yang sakit. Keluarga yang awalnya sakit adalah Kasri di RT 8 RW 3. ''Di rumah itu satu keluarga terdiri atas empat orang menderita sakit. Setelah itu merembet hingga satu dukuh. Petugas dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas sudah mengecek,'' ungkapnya.
Markadi menuturkan, sakit yang diderita warganya adalah malaria dan sudah diperiksa di Puskemas Mlonggo. Dia juga menyebutkan, sudah ada beberapa warganya yang terpaksa menginap di Puskesmas.
''Sudah ada juga bantuan obat dari DKK. Tapi, yang harus diperhatikan adalah kelanjutannya karena masih ada yang belum benar-benar pulih,'' ucapnya.
Pemerintah Desa, lanjut Markadi, juga berupaya mengantisipasi agar tidak semakin parah dengan melakukan gerakan kebersihan lingkungan pada Jumat (27/1) lalu.
Selain itu, pada Selasa (31/1) juga beberapa dokter muda Undip Semarang ikut datang memberi penyuluhan.
''Kondisi ini baru kali ini terjadi di desa kami. Saya tidak tahu pasti penyebabnya. Tapi, beberapa waktu lalu memang ada beberapa warga kami yang merantau di luar Jawa pulang. Saya kurang tahu, apakah itu ada pengaruhnya atau tidak,'' tuturnya.
Dua kali
Terpisah, Endang Listiani (27), warga RT 8 RW 3, yang terkena penyakit tersebut mengungkapkan, dua kali masuk ke puskesmas. Pertama, pada akhir Desember. Kedua, awal Januari.
''Masuk puskesmas dua kali, karena setelah masuk awal Desember, selama sepekan sudah sehat tiba-tiba drop lagi dan masuk lagi selama lima hari,'' tuturnya.
Dia menyebutkan, tanda-tandanya adalah demam, gemetar, dan linu. Dengan kondisi itu, Endang tidak bisa beraktivitas. ''Rasanya lemas, kaki ini seperti tak kuat untuk menopang,'' ujar dia.
Kristianto, perangkat desa, mengungkapkan, saat warga ada yang sakit kesulitan mengurusi jaminan kesehatan. Dia menuturkan, ada beberapa warga yang keluar biaya karena dugaan sakit malaria.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara Bambang Dwiposuwignyo saat dimintai konfirmasi menyebutkan, deteksi awal Puskesmas Mlonggo adalah malaria. Itu diketahui setelah dilakukan cek laboratorium pada salah seorang warga.
''Mendapat laporan itu, kemudian kami tindaklanjuti dengan laporan ke Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Pada akhir Januari, hasilnya dinyatakan negatif. Meski demikian, kami tetap memberikan bantuan obat dan vitamin,'' tuturnya.
Disinggung penyakit yang diderita warga tersebut, ujar Dwipo, sakit biasa yang disebabkan oleh hal lain, seperti lemas bisa karena anemia.
''Yang jelas, langkap proaktif Puskesmas Mlonggo proaktif mendeteksi sudah baik. Tapi, ketika dicek lagi dari Jateng ternyata negatif,'' tuturnya. (H75-57)
Sumber https://mtsmafaljpr.blogspot.com/Awal mula ada warga yang sakit malaria di RT 8 RW 3. Kemudian menyebar ke RT 7 RW 3 selanjutnya melebar di Dukuh Pailus.
Kepala Desa Karanggondang Markadi mengemukakan, ada sekitar 150 warga yang sakit. Keluarga yang awalnya sakit adalah Kasri di RT 8 RW 3. ''Di rumah itu satu keluarga terdiri atas empat orang menderita sakit. Setelah itu merembet hingga satu dukuh. Petugas dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas sudah mengecek,'' ungkapnya.
Markadi menuturkan, sakit yang diderita warganya adalah malaria dan sudah diperiksa di Puskemas Mlonggo. Dia juga menyebutkan, sudah ada beberapa warganya yang terpaksa menginap di Puskesmas.
''Sudah ada juga bantuan obat dari DKK. Tapi, yang harus diperhatikan adalah kelanjutannya karena masih ada yang belum benar-benar pulih,'' ucapnya.
Pemerintah Desa, lanjut Markadi, juga berupaya mengantisipasi agar tidak semakin parah dengan melakukan gerakan kebersihan lingkungan pada Jumat (27/1) lalu.
Selain itu, pada Selasa (31/1) juga beberapa dokter muda Undip Semarang ikut datang memberi penyuluhan.
''Kondisi ini baru kali ini terjadi di desa kami. Saya tidak tahu pasti penyebabnya. Tapi, beberapa waktu lalu memang ada beberapa warga kami yang merantau di luar Jawa pulang. Saya kurang tahu, apakah itu ada pengaruhnya atau tidak,'' tuturnya.
Dua kali
Terpisah, Endang Listiani (27), warga RT 8 RW 3, yang terkena penyakit tersebut mengungkapkan, dua kali masuk ke puskesmas. Pertama, pada akhir Desember. Kedua, awal Januari.
''Masuk puskesmas dua kali, karena setelah masuk awal Desember, selama sepekan sudah sehat tiba-tiba drop lagi dan masuk lagi selama lima hari,'' tuturnya.
Dia menyebutkan, tanda-tandanya adalah demam, gemetar, dan linu. Dengan kondisi itu, Endang tidak bisa beraktivitas. ''Rasanya lemas, kaki ini seperti tak kuat untuk menopang,'' ujar dia.
Kristianto, perangkat desa, mengungkapkan, saat warga ada yang sakit kesulitan mengurusi jaminan kesehatan. Dia menuturkan, ada beberapa warga yang keluar biaya karena dugaan sakit malaria.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara Bambang Dwiposuwignyo saat dimintai konfirmasi menyebutkan, deteksi awal Puskesmas Mlonggo adalah malaria. Itu diketahui setelah dilakukan cek laboratorium pada salah seorang warga.
''Mendapat laporan itu, kemudian kami tindaklanjuti dengan laporan ke Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Pada akhir Januari, hasilnya dinyatakan negatif. Meski demikian, kami tetap memberikan bantuan obat dan vitamin,'' tuturnya.
Disinggung penyakit yang diderita warga tersebut, ujar Dwipo, sakit biasa yang disebabkan oleh hal lain, seperti lemas bisa karena anemia.
''Yang jelas, langkap proaktif Puskesmas Mlonggo proaktif mendeteksi sudah baik. Tapi, ketika dicek lagi dari Jateng ternyata negatif,'' tuturnya. (H75-57)
Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.